2

SELAYANG PANDANG PERKEMBANGAN SENI LUKIS JAMBI

SELAYANG PANDANG PERKEMBANGAN SENI LUKIS JAMBI
Ditulis Oleh Herman
Monday, 10 August 2009
Periode Awal Kemerdekaan

Pada masa periode awal kemerdekaan, kegiatan seni lukis di daerah Jambi tidak terlihat secara rinci. Hal ini dapat disebabkan karena masih terjadinya gejolak situasi yang tidak menentu akibat perjuangan fisik menghadapi penjajah. Dalam sejarah era revolusi kemerdekaan di daerah Jambi dijelaskan bahwa pada tahun 1949 Belanda masih tetap berkuasa. Gencatan senjata dengan pihak Belanda baru terlaksana pada tanggal 11 Oktober 1949. Pada masa ini pun para seniman banyak terlibat konfrontasi dan memikul senjata untuk melawan penjajah.

Sekitar awal tahun 1950 muncul seorang seniman bernama Abdullah Wahab dengan nama panggilan Ya’i. Pada mulanya Ya’i hanyalah seorang tukang gambar dan pembuat poster, kemudian bersama-sama rekannya Rohadi, beliau mulai melukis pemandangan.

Awal tahun 1955 muncul lagi beberapa seniman, seperti MS. Hadi, Noor Saga, Doyok dan Sie Sun. Kegiatan mereka pada saat itu lebih banyak membuat poster dan menjadi tukang gambar berdasarkan pesanan. Lukisan-lukisan mereka tidak banyak ditemukan, sehingga sulit untuk dilacak keberadaannya sekarang. Pada tahun 1959, seniman daerah Jambi mulai merancang suatu kelompok seniman yang dipelopori oleh Letkol. Rd. Rahman, M. Muchtar yang saat itu selaku kepala kebudayaan Jambi, Rd. Suhur, Ahmad Zah dan Rd. Tayib Sabiman. Pada masa inilah seniman mulai bangkit dengan daya kreativitasnya. Mereka tidak lagi sekedar tukang gambar atau pembuat poster, tetapi telah mulai menuangkan gagasannya secara kreatif ke dalam kanvas.

Kepedulian masyarakat sudah kelihatan serta simpati untuk mengoleksi karya-karya mereka. Namun, sangat disayangkan karena karya-karya mereka pada periode ini tidak tahan lama akibat bahan yang yang tidak baik mutunya, karya-karya pada Periode Awal Kemerdekaan ini sulit ditemukan lagi. Kecuali karya mereka yang ada pada masa perkembangan berikutnya, itupun terbatas pada karya MS. Hadi, Noor Saga dan A. Haris.



Periode Pepeldad

Pepeldad singkatan dari Persatuan Pelukis Daerah Djambi, lahir pada awal tahun 1960. Diketuai oleh Rohadi dengan wakilnya MS. Hadi. Para seniman-seniman yang tergabung di dalam Pepeldad waktu itu cukup aktif. Kreativitas mereka ditandai dengan diselenggarakannya pameran bersama yang pertama kali. Pameran tersebut diselenggarakan berkat dukungan seorang pengusaha yang mensponsorinya. Gedung yang pertama kali digunakan adalah Gedung Nasional (Gedung BKOW, sekarang).

Para pelukis yang melaksanakan pameran pada saat itu adalah MS. Hadi, Noor Saga, Doyok, Abdullah Wahab dan Sie Sun. Misi kegiatan pameran ini adalah pelelangan karya, hasilnya digunakan untuk menunjang kelanjutan daya kreativitas seniman bersangkutan. Pada masa itu, peran serta pihak pemerintah untuk menunjang peningkatan dan pembinaan seniman belum begitu kelihatan. Sekitar tahun 1961, para seniman mendapat kepercayaan untuk membuat tugu di Taman Makam Pahlawan yang pelaksanaan pembangunan tersebut dikoordinir oleh Letkol. Rd. Rahman dan dikerjakan oleh MS. Hadi, Abdullah Wahab, Rohadi, Doyok dan Noor Saga.

Pada tahun 1962 muncul organisasi yang dinamakan Kader Pelukis Indonesia dan Sanggar Seruja. Kedua organisasi ini merupakan pembagian dari anggota Pepeldad yang lama ditambah dengan anggota baru.

Kader Pelukis Indonesia (KPI) dipelopori oleh Noor Saga, Ali Umar, Haris dan Simbolon. Sedangkan Seruja (Seni Rupa Jambi) dipelopori oleh MS. Hadi, Doyok dan Tukiran.



Periode Seruja

Pada awal awal tahun 1963, keberadaan Kader Pelukis Indonesia mulai surut. Perkembangan kegiatan seni lukis lebih banyak dilakukan kelompok Seruja yang diketuai oleh MS. Hadi. Pada tahun 1963, mereka mengadakan pameran di Singapura dengan misi kesenian Rangkayo Hitam.

Pada tahun 1971, MS. Hadi bersama sanggar Seruja mulai mendidik beberapa pelukis pemula, antara lain Suherman, Joko KR, Sumardi DS dan Junaidi. Kegiatan berpameranpun mulai sering dilakukan, tercatat beberapa kali para seniman mengadakan pameran lukisan, yaitu pada tahun 1973, 1976, 1977, 1978, 1979 dan 1980.

Pameran yang dilakukan pada tahun 1979 mencatat sebuah sejarah baru, Pada tahun ini tema lukisan tidak lagi terpaku pada pemandangan, buah-buahan dan binatang yang realis, tetapi sudah mulai menghadirkan perpaduan baru yang mengarah pada gaya modern art.

Pada tahun 1980, perkembangan semi lukis semakin menyeruak, para pelukis angkatan muda memperlihatkan karya-karya kreatif mereka. Suherman muncul dengan ekspresinya, Sumardi DS dengan gaya kubis, Fauzi Z dengan gaya impresif, Sabri Jamal dengan gaya semi figurnya.

Pada pameran inilah nama Firman yang kini dikenal sebagai grafikus handal Indonesia mulai tampil ke depan.



Periode Pembaharuan

Tahun 1982, BBKNI kotamadya Jambi mempelopori pelaksanaan pameran bersama. Pameran ini menandai kiprah seorang pendatang baru dalam seni lukis Jambi, Ja’far Rassuh.

Catatan menarik dalam pameran yang diadakan tahun 1982 ini adalah munculnya berbagai macam corak gaya lukisan. Noor Saga, Tukiran, Sunaryo dan Junaidi muncul dengan gaya dekoratif, Ja’far Rassuh dan Suherman dengan gaya ekspresif, Fauzi Z dengan gaya Impresif, sedangkan Sumardi DS tampil dengan karya patung dan sketsanya. Agus Hadi dengan karya patung dan lukisan realisnya dan beberapa pelukis lainnya seperti Dadang, Nanang Hadi, Suhojo, Joko KR dan M. Pakpahan tampil dengan gaya yang berbeda pula.

Akhir tahun 1982, pameran bersama kembali dilakukan. A. Rosyad, seorang pelukis otodidak menjadi pendatang baru dengan gaya khasnya yang mengarah pada surealis dalam karya kaligrafi.

Tahun 1983, dua pelukis muda melakukan pameran di Gedung Wanita. Firman dan Suherman tampil dengan gayanya masing-masing. Suherman dengan lukisan cat minyak dan lukisan hitam putih yang bergaya ekspresi, sedangkan Firman tampil dengan gaya realis, potret wajah serta beberapa desain grafis.

Pada tahun 1984 ditandai dengan berdirinya sanggar Tanah Pilih Jambi yang dimotori oleh Ja’far Rassuh, Fauzi Z, Sumardi DS dan Rd. Rizal.

Tahun 1985, atas gagasan beberapa perupa Jambi dibentuk Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Jambi dalam upaya pengembangan kaderisasi. Sementara itu, hingga tahun 1988 bermunculan sanggar-sanggar seni lukis lainnya, yakni Prapanca yang dimotori oleh Suherman, Mayang Mengurai oleh Thomas Heru Sudratat, Adyanari oleh Heri dan Agustina dan Merah Putih oleh Arifin Akhmad dan Anik Arifin.

Dalam memeriahkan hari jadi ke – 32 Provinsi Jambi pada tahun 1989, sebanyak 27 orang pelukis memamerkan karyanya di Gedung Wanita bekerja sama dengan Kanwil Depdikbud Jambi. Di samping kegiatan pameran, juga dilaksanakan diskusi seni lukis bersama Ja’far Rassuh dan Suherman yang menghasilkan wacana dibentuknya wadah baru bagi perupa Jambi.

Tahun 1990, kembali dalam rangka memeriahkan hari jadi ke – 33 Provinsi Jambi, seniman lukis bersama Kanwil Depdikbud Provinsi Jambi melakukan pameran di Gedung Olah Seni (Taman Budaya Jambi, sekarang). Pameran ini juga diisi dengan diskusi yang membahas karya-karya yang dipamerkan. Tampil sebagai pembicara waktu itu adalah Ali Umar, Ja’far Rassuh, Fauzi Z, Maman MS dan Rapuan Kamal yang selanjutnya diadakan pertemuan khusus untuk merumuskan pembentukan wadah senirupawan Jambi.

Pada tanggal 16 Februari 1990 di Gedung SMSR Jambi, diadakan pertemuan yang menghasilkan kesepakatan terbentuknya suatu wadah yang diberi nama Himpunan Seni Rupawan Indonesia Jambi (HSRIJ) dengan susunan kepnegurusan yang disepakati melalui musyawarah ditunjuk Ja’far Rassuh sebagai Ketua Umum dan Maman Suherman sebagai Sekretaris Umum.

Program kegiatan HSRIJ pada waktu itu dititikberatkan pada pembinaan organisasi dan para anggota serta peningkatan apresiasi, pembinaan dan pengembangan kegiatan kesenirupaan di daerah Jambi.

HSRIJ, benar-benar sangat memacu kreativitas para perupa Jambi, setidak setiap tahun selalu dilaksanakan kegiatan pameran bersama. Beberapa karya pelukis terkemuka Indonesia seperti Abbas Alibasyah, AJ. Pirous, Ahmad Sadali, Bagong Kusudiardjo, Danarto, Irsam, Kusnadi dan Popo Iskandar pernah mereka dampingi dalam ajang pameran bersama.

Pada suatu waktu, Kusnadi sekalu pengamat dan kritikus Seni Rupa Indonesia menyatakan bahwa karya-karya yang ditampilkan para pelukis Jambi cukup menarik dan mengejutkan.

Kiprah HSRIJ yang monumental adalah memprakarsai Pameran Lukisan dan Dialog Perupa Se-Sumatera (PLDPS) yang digelar pertama kali pada tanggal 9 s.d 14 Oktober 1993 di Jambi. Kegiatan yang membawa dampak positif dalam perkembangan seni lukis Sumatera dan khususnya Jambi.

Pada saat ini, disamping kegiatan bersama atau perorangan, beberapa pelukis Jambi kerap mengikuti berbagai kegiatan pameran baik di tingkat regional, nasional dan bahkan bertaraf internasional.

Tantangan ke depan bagi perupa Jambi adalah lebih dapat menyikapi perkembangan situasi, disamping menumbuhkan kaderisasi dengan tetap memperhatikan kualitas karya.

sumber: tamanbudayajambi.com

3

Route Jambi-Padang Jambi-Pekanbaru


Route Jambi-Padang Jambi-Pekanbaru

0

Jembatan Batanghari 2 Jambi yg penyelasian ny akhir tahun 2009.



Jembatan Batanghari 2 Jambi yg penyelasian ny akhir tahun 2009.

Direncanakan akan diresmikan presiden SBY.

0

Jambi Tertinggi di Pulau Sumatera

Jambi Tertinggi di Pulau Sumatera
Selasa, 17 Februari 2009 | 01:12 WIB

Jambi, Kompas - Meski sempat melewati masa krisis ekonomi pada triwulan keempat tahun 2008, Jambi masih memperoleh pertumbuhan ekonomi yang positif. Pertumbuhannya sepanjang tahun lalu bahkan tertinggi di antara semua provinsi di Sumatera.

Indikator pertumbuhan ekonomi Jambi melalui produk domestik regional bruto pada 2008 mencapai 7,16 persen dibandingkan tahun 2007 dan di atas pertumbuhan rata-rata di Sumatera yang mencapai 4,65 persen. Peningkatan ini didukung oleh semua sektor dengan pertumbuhan tertinggi pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 23,88 persen.

”Pertumbuhan ekonomi Jambi tetap positif walau melalui krisis menjelang akhir tahun lalu,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi Dyan Pramono Effendi dalam jumpa pers di Jambi, Senin (16/2).

Pada triwulan keempat, saat krisis terjadi, ada enam sektor yang mengalami pertumbuhan tetap positif, yaitu pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan; listrik gas dan air bersih; bangunan; perdagangan, hotel, dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; dan jasa-jasa. Sedangkan tiga sektor lainnya mengalami pertumbuhan yang negatif, yaitu pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; serta keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.

Pertumbuhan negatif pada industri pengolahan diduga didorong terjadinya penurunan minat beli dunia yang mengakibatkan ekspor anjlok. Sektor keuangan, yang sempat mengalami pertumbuhan tinggi pada tiga triwulan sebelumnya, juga mengalami negatif diduga akibat krisis.

Jatuhnya harga sawit dan karet membuat banyak petani tak mampu membayar bunga kredit ke bank. Kalangan eksportir tak mampu membayar bunga pinjaman. Minat terhadap usaha persewaan dan jasa perusahaan diduga juga menurun. (ITA)
__________________

0

Jadwal Penerbangan di Jambi Terus Bertambah

Jadwal Penerbangan di Jambi Terus Bertambah


JAMBI – Masyarakat Jambi atau masyarakat luar yang punya kepentingan di Jambi kini boleh berbahagia, semakin lancarnya transportasi udara telah membuat semua bisa semakin nyaman melakukan perjalanan, mengingat jadwal flight schedule atau penerbangan dari dan ke Jambi terus bertambah.

Bulan Desember tahun ini, Maskapai Penerbangan yang beroperasi di Jambi, akan menambah jadwal penerbangannya. Dari empat Airline yang menerbangi rute Jakarta yaitu Batavia Air, Sriwijaya Air, Lion Air dan Mandala Airlines, dua diantaranya yakni Mandala Airlines dan Lion Air, telah dan akan menambah jadwal penerbangannya dengan rute Jambi ke Jakarta pulang pergi.

Keterangan dari Ketua DPD ASITA Jambi, M Ali Rachman Siwoon SH, mengatakan, sejak tanggal 5 Desember 2008 yang baru lalu, Mandala Airlines telah menambah satu kali penerbangannya lagi ke Jakarta sehingga menjadi dua kali, dengan jadwal Jakarta-Jambi jam 14:20 WIB, Jambi-Jakarta 16:20 WIB.

Sedangkan Lion Air juga akan menambah jadwal penerbangannya terhitung mulai tanggal 23 Desember 2008 yang akan datang, penambahan frekwensi penerbangan tersebut, dengan jadwal Jakarta-Jambi Jam 13:15 WIB, Jambi-Jakarta pada jam 14:55 WIB, sedangkan dua penerbangannya yang sudah ada berubah jadwal yang pertama menjadi Jakarta-Jambi 06:45 WIB, Jambi-Jakarta Jam 08:25 WIB, lebih pagi dari penerbangan sebelumnya dan menjadi penerbangan yang pertama (First Flight) dari dan ke Jambi, sedangkan yang ke tiga Jakarta-Jambi jam 16:40 WIB, Jambi-Jakarta jam 18:30 WIB merupakan penerbangan terakhir (Last Flight) dari dan ke Jambi.

“Akhir tahun ini, penerbangan dari Jakarta ke Jambi pergi - pulang, akan menjadi sembilan penerbangan pada setiap harinya, ditambah penerbangan lainnya ke Batam,” terangnya. Dengan meningkatnya jumlah penerbangan ke Jambi, berarti masyarakat Jambi khususnya pengguna jasa angkutan udara, akan semakin mudah dalam mendapatkan dan menggunakan transportasi udara, selain itu harga tiket murah akan bertambah jumlahnya.

Kondisi ini tentunya menguntungkan masyarakat secara umum, mengingat masyarakat dari lapisan bawah pun tetap bisa naik pesawat. Sebagaimana kita ketahui, saat ini angkutan udara telah menjadi kebutuhan dari semua lapisan masyarakat, karena berbagai keperluan yang membutuhkan transportasi yang lebih cepat dan efisien dalam waktu. Memang penerbangan dari Jambi masih berorientasi ke Jakarta, belum menambah tujuan ke kota lain, namun demikian tetap dapat memberikan kemudahan, diantaranya bertambahnya pilihan yang dapat meneruskan penerbangan ke kota lain (Connecting Flight) dengan waktu keberangkatan yang lebih awal/pagi, maupun memilih waktu yang paling akhir.

“Bisnis Penerbangan di Indonesia terus berkembang dan membuat terobosan baru, salah satunya teleh sanggup membeli atau menyewa pesawat-pesawat generasi baru (Brand New), sehingga akan menopang ketepatan waktu (On time Performance) dan kepastian berangkat (Actual Time Departure),” lanjut Siwoon. Meskipun penambahan frekwensi penerbangan dari dan ke Jambi terjadi pada bulan Desember tahun ini, namun bukan berarti hanya untuk saat ramai saja, akan tetapi akan menjadi penerbangan tetap.

“Hal ini sesuai konfirmasi yang kami terima dari masing-masing Airline. Dengan kondisi seperti ini, masyarakat disarankan supaya membeli tiket keberangkatan dengan cara datang ke kantor-kantor Agen Perjalanan resmi untuk menjamin harga dan kepastian nama yang tertera pada tiket, hindari membeli di Bandara, karena dikhawatirkan terkena praktik percaloan,” lanjutnya.

0

APBD Provinsi Jambi 2009 Sebesar Rp1,721 Triliun

APBD Provinsi Jambi 2009 Sebesar Rp1,721 Triliun

Jambi, Pelita

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jambi menetapkan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi 2009 sebesar Rp1,721 triliun atau meningkat 20,4 persen dari anggaran 2008 sebesar Rp1,429 triliun.

Keputusan ini ditetapkan dalam Rapat Paripurna yang dipimpin langsung Ketua Dewan Zoerman Manap, dihadiri 35 anggota dewan, Gubernur Jambi, H Zulkifli Nurdin dan pejabat lainnya, berlangsung di gedung DPRD Provinsi Jambi, 3 Desember 2008.

Dalam Rapat Paripurna tersebut, Panitia Anggaran melalui juru bicaranya Ari Adrino menyatakan RAPBD Tahun 2009 ditetapkan Rp1,721 triliun, setelah mendengar pendapat akhir dari tujuh fraksi di DPRD Provinsi Jambi, masing-masing melalui juru bicaranya, yang menyampaikan dapat menerima dan menyetujui Ranperda APBD Tahun 2009 tersebut, walaupun terdapat beberapa catatan dan imbauan terhadap para SKPD-SKPD.
Misalnya, anggaran terbesar yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur sebesar Rp386,046 miliar yang dikelola Dinas Permukiman dan Sarana Wilayah (Kimpraswil) setempat agar memperketat pengawasannya menghindari tingginya kebocoran dana.

Demikian juga anggaran pendidikan sebesar Rp305,587 miliar bukan hanya sekedar memenuhi kesejahteraan guru dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), tetapi lebih dari itu, yaitu tanggungjawab moral pengelola anggaran, khususnya kepada Kepala Dinas Pendidikan setempat.
Yang paling penting Diknas harus mengalokasikan anggaran tepat sasaran. Hindari kebocoran agar segala kekurangan pendi dikan kita bisa diperbaiki secara bertahap, kata Ketua Fraksi Peduli Bangsa, Haris Fadilla dalam tanggapan akhir fraksinya.
Sedangkan terkait masalah alokasi pembangunan infrastruktur disoroti bahwa selama ini kurang terkontrol pihak konsultan pengawas, termasuk DPRD, menyebabkan banyak pekerjaan infrastruktur di daerah ini tidak selesai tepat waktu.

Hal yang sama juga diungkapkan Ketua Fraksi Kebangkitan Reformasi, Mahmud Ishak, yang menyatakan anggaran pendidikan Jambi yang cukup besar atau hampir mencapai 20 persen sesuai amanat UUD 1945, diharapkan bisa mensejahterakan guru dengan memberikan insentif setiap bulan kepada guru negeri dan swasta.
Kami juga meminta pemberian insentif guru jangan dibeda-bedakan antara yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan guru honorer swasta. Tugas mereka itu sama, bahkan guru swasta itu lebih teruji dibanding guru yang sudah PNS, katanya.
Gubernur akui kurang pengawasan
Menanggapi kritikan dan saran dari Dewan, Gubernur mengakui masih kurangnya pengawasan terhadap alokasi anggaran yang dikelola Satuan-satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
Saya menyadari itu, kritikan dewan saya maklumi, sebab staf-staf saya selama ini kurang banyak memberi informasi, sehingga ada yang tersumbat antara eksekutif dan legislatif, katanya.
Kalau masalah jalan, disana sini terdapat kerusakan (ber lobang) itu semua dikarenakan oleh mobil jenis Fuso yang mengangkut/muatannya melebihi ketentuan, sehingga jalan tersebut cepat rusak, untuk itu, pihaknya mengajak anggota DPRD untuk bersama-sama turun ke jalan, agar dapat melihat langsung apa yang sebenarnya terjadi di lapangan.
Raperda
Selanjutnya Gubernur dalam sambutannya menyampaikan usulan empat Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda), yakni; Ranperda tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah; Ranperda Pengelolaan Barang Milik Daerah; Ranperda Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi; dan Ranperda Retribusi Laboratorium Uji Mutu Kontribusi pada Balai Pengujian Dinas Pekerjaan Umum (DPU).
Dijelaskan Gubernur, Ranperda Pengelolaan Keuangan Daerah yang diusulkan ini merupakan pengganti dari Peraturan Daerah Propinsi Jambi Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan dan Barang Daerah, hal ini guna penyesuaian dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

0

Usung Konsep Spanyol, Royal Garden Resort Hadir di Jambi

Usung Konsep Spanyol, Royal Garden Resort Hadir di Jambi

JAMBI - Anda yang ingin menikmati suasana nyaman, asri jauh dari hiruk pikuk perkotaan namun tetap dalam jarak tempuh yang singkat dari Kota Jambi, kini bisa Anda temukan di Royal Garden Resort. Hotel berbintang ini berada di Jalan Ir Marsa Surya Dharma Nomor 99 tepatnya di daerah paal 10.

Kemarin (27/11) merupakan Grand Opening Royal Garden Resort, dihadiri oleh 250 undangan, Acara berlangsung sukses dan meriah, semua para undangan diperkenalkan dengan suasana dan fasilitas Royal Garden Resort. Semua undangan yang hadir dipersilahkan untuk melihat-lihat suasana Royal Garden Resort. Undangan juga disajikan hidangan makan malam dan snack, undangan pun dihibur oleh musik membuat suasana lebih akrab dana penuh kekeluargaan.

Abdullah, Manager Royal Garden Resort mengatakan konsep yang dihadirkan adalah konsep Spanyol dengan beragam fasilitas yang bisa dinikmati. Tepat sekali bagi yang ingin bersantai bersama kerabat, anak-anak, rekan kerja dan lainnya. Karena sedikit jauh dari kota tentunya jauh dari keramaian, udara pun masih segar.

Dikatakannya lagi, pemberian nama Royal Garden Resort karena di antara kamar dengan kamar yang lain ada tamannya. Jumlah kamar yang ditawarkan sekitar 65 kamar dengan bangunan yang mediterania (klasik) dan minimalis. Fasilitas yang ditawarkan diantaranya kamar yang terdiri dari superior, suite dan standar.

Khusus di kamar superior tersedia kamar tidur yang berjumlah 1 ruangan dan 2 ruangan, ruangan karoke, ruang makan dan kamar mandi yang luas dan lengkap dan tempat parkir kendaraan. Selanjutnya fasilitas kolam renang yang berada ditengah-tengah lokasi Royal Garden Resort, fasilitas spa dan sauna, fitness, café, karoke, ball room yang bisa digunakan untuk pernikahan, meeting dan sebagainya. “Menu yang disediakan bervariasi mulai dari masakan Jepang, Itali, Eropa yang jelas semuanya ada dan menu-menu special lainnya juga tersedia,” katanya.

Dia menuturkan diharapakan dengan hadirnya Royal Garden Resort di Jambi dunia pariwisata di Jambi bisa semakin berkembang, masyarakat pun memiliki banyak alternatif untuk mengadakan kegiatan-kegiatan terutama untuk bersantai.

Suasana di Royal Garden Resort benar-benar beda dari yang lainnya, suasana seperti di rumah sendri dengan nuansa spanyol ditunjang lagi jauh dari keramaian. Penasaran ?